Mengenang Gorys Keraf, salah seorang ilmuwan ternama yang ahli
dalam bidang bahasa dan tata Bahasa Indonesia. Gorys Keraf dapat dibilang
sebagai ilmuwan bahasa dan telah menjadi salah satu dari sekian banyak orang
yang memiliki andil yang besar dalam memajukan dan memperkenalkan Bahasa
Indonesia kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mengapa harus Gorys Keraf?
Sebuah pertanyaan yang muncul dari seorang penulis terhadap pentingnya sosok
Gorys Keraf di masa lampau. Salah satu peran Gorys Keraf diungkapkan seorang
ilmuwan Bahasa bernama Bambang Kaswanti Purwo (1987) bahwa melalui buku
karangannya “Buku Tata Bahasa Indonesia” beliau sukses menyentuh denyut nadi
Bahasa Indonesia dan mempengaruhi banyak pelajar dan mahasiswa di tanah air
pada masa itu. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai
alat komunikasi semata, namun Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu solusi
agar seluruh kaum tua dan kaum muda dapat bersatu membangun negara yang lebih
baik ke depannya. Akan tetapi, keprihatinan terhadap bangsa di zaman
modernisasi ini sungguh sangat beralasan. Pada masyarakat urban, budaya-budaya
lama mulai usang dan ditinggalkan, digantikan dengan budaya baru dari bangsa
luar yang semakin mengancam kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan di Indonesia.
Salah satunya adalah penggunaan Bahasa Indonesia yang mulai mengalami
pergeseran bahasa. Disinilah seharusnya seluruh masyarakat terutama mahasiswa
dapat mengambil peran penting tersebut. Mahasiswa sebagai pengemban negara
harus dapat menunjukkan dan meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya Bahasa
Indonesia melalui tiga hal, yaitu pengembangan karakter dan identitas bangsa,
menyadarkan semua golongan bahwa membaca itu penting, serta sebagai fasilitator
untuk mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat mengajak masyarakat
agar menyadari pentingnya Bahasa Indonesia bagi bangsa.
Terampil dan Cerdas Berbahasa Indonesia
Sebagai Media Pemersatu Bangsa di Abad 21
Mengenang Gorys Keraf, salah seorang ilmuwan Bahasa legendaris
yang melalui bukunya beliau mempengaruhi dan menjadi salah satu pelopor masa-masa
kejayaan pengajaran Bahasa Indonesia. Bambang Kaswanti Putro (1987), seorang
ilmuwan bahasa dari Jakarta telah melakukan penelitian terhadap ratusan buku
tata bahasa yang terbit pada tahun 1900-1982. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Bambang, dari 174 buku, ada dua buku yang paling banyak dibaca dan
berpengaruh luas di kalangan pelajar dan mahasiswa pada masa itu. Kedua buku
itu adalah “Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia” karangan Sultan Takdir
Alisjabana dan “Tata Bahasa Indonesia” karangan Gorys Keraf.
Bambang menuturkan melalui penelitiannya bahwa selama 25 tahun
kedua buku ini berjaya dan memiliki pengaruh yang besar terhadap tata Bahasa
Indonesia. Tidak berlebihan bila kita beranggapan bahwa di masa lampau Bahasa
Indonesia telah menjadi pondasi untuk mempersatukan beberapa golongan dan
menjadi salah satu simbol identitas bangsa. Melihat fakta ini sudah sepatutnya
bila dibandingkan dengan era modernisasi seperti sekarang, Bangsa Indonesia
seperti mundur kebelakang. Perbandingan ini menjadi hambatan bagi kita serta
menjadi musuh yang nyata dalam membangun generasi yang cerdas berbahasa
Indonesia.
Pada abad ke 21 ini, kita telah mulai menelantarkan salah satu hal
penting, yaitu Bahasa Indonesia. Generasi muda pun surut ke dalam lubang
modernisasi, sehingga Bahasa Indonesia mulai dipandang sebagai bahasa sekunder.
Bahasa asing lain semakin kuat dan menggeser nilai-nilai penting dari Bangsa
kita. Bahasa Indonesia turun derajatnya dengan sekedar menjadi pelengkap
pelajaran di tiap-tiap sekolah.
Sejarah mencatat melalui Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928, bertempat di solo. Pengangkatan Bahasa Indonesia lebih bersifat politis daripada
bersifat linguitis. Tujuan dari hal ini ialah demi
mempersatukan para pemuda di Indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwa
Bangsa Indonesia itu satu. Gagasan brilian itu dirangkum dalam intisari
buku-buku yang kita baca di sekolah-sekolah.
Warga negara kita mulai perlahan-lahan menggeser arti dan makna
sebenarnya dari Bahasa Indonesia sebagai media pemersatu bangsa. Misalnya, kaum
muda-mudi yang lebih mengutamakan Bahasa inggris daripada Bahasa Indonesia
dengan alasan mengikuti perkembangan dunia. Hal ini menyebabkan pergeseran
bahasa, yang di mana Bahasa Indonesia akan mulai tergeser oleh keberadaan
Bahasa Inggris. Maka hal ini secara tidak langsung mengurangi sikap
nasionalisme terhadap Bahasa Indonesia sedikit demi sedikit.
Penjelasan yang sama pernah diungkapkan seorang ilmuwan Bahasa
Gorys Keraf mengenai arti dari sebuah bahasa. Gorys Keraf mengatakan bahwa bahasa
mencakup dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus
bunyi yang mempunyai makna. Berdasarkan pendapat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa bahasa adalah sesuatu yang dihasilkan melalui tutur kata dan memiliki
makna atau maksud yang tersembunyi.
Ini adalah tragedi yang mungkin awalnya tidak kita sadari karena
dianggap masalah kecil, namun nyatanya ini adalah sebuah tragedi besar. Dampak
yang paling terlihat dari melemahnya Bahasa Indonesia di kalangan remaja adalah
semakin kuatnya posisi bahasa gaul dalam penggunaan komunikasi sehari-hari. Ini
adalah salah satu penyimpangan bahasa yang berdampak pada lunturnya Bahasa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat terutama di kalangan remaja.
Dampak lain yang lebih terlihat dari melemahnya Bahasa Indonesia
di bangsa sendiri, yaitu penggunaan istilah asing. Istilah asing yang digunakan
sebagai sarana layanan masyarakat ini menunjukkan pola pikir masyarakat bahwa
bahasa asing lebih efektif digunakan daripada Bahasa Indonesia. Sama dengan kekhawatiran
kita bersama tentang penggunaan produk luar yang lebih diminati oleh masyarakat
dalam negeri. Jiwa cinta produk dalam negeri harusnya dimiliki oleh setiap
orang, akan tetapi hal ini masih sulit diterapkan karena memang produk luar
lebih baik daripada produk lokal hingga saat ini. Hal ini membuat kita harus
semakin berkompetisi untuk menciptakan terobosan baru agar masyarakat
disadarkan akan potensi luar biasanya dari bangsa ini.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar tahun 1945 Bab XV Pasal 36, sudah dikatakan
bahwa bahasa negara adalah Bahasa Indonesia. Fungsinya Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, yakni sebagai lambang kebanggaan nasional, identitas diri yang
disahkan secara nasional, sarana dan solusi pemersatu bangsa, serta media
penghubung kebudayaan-kebudayaan dan daerah. Fungsi lain Bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara ialah sebagai sarana pembangunan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan teknologi modern. Dari penjelasan ini sudah sangat jelas bahwa
posisi bahasa asing hanya bertugas sebagai sarana pembantu pengembangan Bahasa
Indonesia untuk pembangunan nasional. Sebagai Bahasa utama, Bahasa Indonesia
harus memiliki kedudukan yang kuat di atas bahasa-bahasa lain agar bangsa kita
dapat mulai dapat menghargai dirinya sendiri. Karena nyatanya Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang besar.
Melihat keadaan tersebut, tidak ada cara lain untuk membentuk
budaya cerdas berbahasa Indonesia selain dengan melatih kemampuan berbahasa
Indonesia melalui generasi muda khususnya mahasiswa. Semua menyadari bahwa salah
satu pilar penting dalam membangun bangsa adalah mahasiswa. Karena mahasiswa
harus lebih peka dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa dan
harus dapat berpikiran kritis. Makna dari menjadi mahasiswa berarti luas dan
tidak hanya didefinisikan secara sempit.
Terampil dan cerdas adalah dua arti kata yang memiliki makna
berbeda. Terampil berarti cekatan dalam menyelesaikan tugas ataupun
permasalahan yang merupakan pengembangan dari pengalaman yang didapat. Cerdas
berarti kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara akademis. Terampil lebih
mengutamakan praktik, sedangkan cerdas lebih mengutamakan teori. Bila kedua
makna ini kita satukan menjadi satu kesatuan, maka dapat memberikan perubahan
yang berarti terhadap penggunaan Bahasa Indonesia di Indonesia.
Sebelum memenuhi perannya, mahasiswa harus dibekali kedua hal ini
agar nantinya mahasiswa dapat menjadi fasilitator bagi masyarakat sekitar.
Mahasiswa harus terampil menerapkan Bahasa indonesia, misalnya berbicara Bahasa
Indonesia secara fasih ataupun menulis sebuah cerita pendek dengan Bahasa
Indonesia sesuai ejaan yang dibenarkan. Mahasiswa juga harus cerdas agar dapat
mengembangkan nilai-nilai luhur di dalam dirinya agar tetap siap menghadapi
permasalahan lain yang mengancam generasi muda ke depannya. Kedua hal ini dapat
diterapkan melalui hal kecil seperti mengasah kemampuan berbahasa
Indonesia di bangku perkuliahan. Misalnya menanamkan bahwa membaca itu penting,
melatih berbicara di depan umum, melakukan diskusi sehat bersama kelompok mahasiswa
lain. Hal ini akan mengasah kemampuan mahasiswa dan memupuk nilai-nilai Bahasa
Indonesia di dalam dirinya.
Apa langkah berikutnya ketika mahasiswa sudah menguasai kedua
makna tersebut? Maka mahasiswa akan siap memasuki fase terakhir, yaitu memberikan
contoh (teladan) atau mengajarkan pentingnya Bahasa Indonesia kepada orang
lain. Pertama, Mahasiswa dapat menjadi pelopor untuk membuat sebuah
komunitas kecil pintar berbahasa Indonesia. Melalui komunitas ini, mahasiswa
dapat mengajarkan Bahasa Indonesia dari satu tempat ke tempat lain dan
memberikan pengetahuan seperti bagaimana cara menulis yang baik, serta
mendeskripsikan kelebihan Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa asing lainnya
melalui cara yang menarik. Kedua, mahasiswa harus memiliki
keinginan untuk mengabdi kepada masyarakat. Pribadi ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa agar menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan dapat
melakukan sosialisasi tanpa adanya permasalahan dengan pihak lain. Ketiga,
mahasiswa harus dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa Bahasa Indonesia
adalah satu-satunya solusi pemersatu bangsa. Sehingga masyarakat menjadi yakin
dan tidak hanya menganggap sebatas slogan-slogan demonstrasi. Keempat,
memperbanyak kegiatan-kegiatan sosial, seperti penyuluhan, bakti sosial yang
bersifat mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya arti Bahasa Indonesia
di mata generasi muda.
Bahasa Indonesia adalah bahasa identitas diri yang penuh akan
sejarah. Semakin rapuhnya bahasa kita, maka akan berakibat melemahnya jiwa
nasionalisme di dalam diri kita. Dengan bekal-bekal yang matang dari seorang
mahasiswa, bukanlah tidak mungkin mereka dapat mengembalikan masa kejayaan
Bahasa Indonesia seperti pada masa lampau. Oleh karena itu, kita sebagai
mahasiswa sudah saatnya menjalankan nilai-nilai dan peran sebagai agen
pembangunan dan pemersatu bangsa, sehingga kita dapat menjadi teladan bagi
generasi-generasi penerus bangsa selanjutnya.
Menurut kamu gimana? Kritiklah di kolom komentar di bawah :)
keren..lanjutkan;D
BalasHapusTerima kasih ya :)
HapusIni artikel pernah dilombakan ngga?
BalasHapusIya ini pernah diikutsertakan dalam lomba esai di UNJ dan alhamdulillah juara :)
BalasHapusKeren bro, lanjutkan!
BalasHapusMakasih ya pujiannya :D
HapusPernah baca soal Gorys Keraf di salah satu buku bahasa di sekolah aku dulu, dari tulisan ini baru sadar kalo peranan beliau sangat penting
BalasHapusEmang mbak terkadang kita itu gatau seberapa besar peranan orang di masa lampau, kita cuma bisa merasakan hasilnya saja
Hapus