Breaking

Senin, 26 Februari 2018

Terampil dan Cerdas Berbahasa Indonesia Sebagai Media Pendidikan Karakter Bangsa di Abad 21




Mengenang Gorys Keraf, salah seorang ilmuwan ternama yang ahli dalam bidang bahasa dan tata Bahasa Indonesia. Gorys Keraf dapat dibilang sebagai ilmuwan bahasa dan telah menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang memiliki andil yang besar dalam memajukan dan memperkenalkan Bahasa Indonesia kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mengapa harus Gorys Keraf? Sebuah pertanyaan yang muncul dari seorang penulis terhadap pentingnya sosok Gorys Keraf di masa lampau. Salah satu peran Gorys Keraf diungkapkan seorang ilmuwan Bahasa bernama Bambang Kaswanti Purwo (1987) bahwa melalui buku karangannya “Buku Tata Bahasa Indonesia” beliau sukses menyentuh denyut nadi Bahasa Indonesia dan mempengaruhi banyak pelajar dan mahasiswa di tanah air pada masa itu. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, namun Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu solusi agar seluruh kaum tua dan kaum muda dapat bersatu membangun negara yang lebih baik ke depannya. Akan tetapi, keprihatinan terhadap bangsa di zaman modernisasi ini sungguh sangat beralasan. Pada masyarakat urban, budaya-budaya lama mulai usang dan ditinggalkan, digantikan dengan budaya baru dari bangsa luar yang semakin mengancam kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan di Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan Bahasa Indonesia yang mulai mengalami pergeseran bahasa. Disinilah seharusnya seluruh masyarakat terutama mahasiswa dapat mengambil peran penting tersebut. Mahasiswa sebagai pengemban negara harus dapat menunjukkan dan meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya Bahasa Indonesia melalui tiga hal, yaitu pengembangan karakter dan identitas bangsa, menyadarkan semua golongan bahwa membaca itu penting, serta sebagai fasilitator untuk mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat mengajak masyarakat agar menyadari pentingnya Bahasa Indonesia bagi bangsa.


Terampil dan Cerdas Berbahasa Indonesia Sebagai Media Pemersatu Bangsa di Abad 21


Mengenang Gorys Keraf, salah seorang ilmuwan Bahasa legendaris yang melalui bukunya beliau mempengaruhi dan menjadi salah satu pelopor masa-masa kejayaan pengajaran Bahasa Indonesia. Bambang Kaswanti Putro (1987), seorang ilmuwan bahasa dari Jakarta telah melakukan penelitian terhadap ratusan buku tata bahasa yang terbit pada tahun 1900-1982. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bambang, dari 174 buku, ada dua buku yang paling banyak dibaca dan berpengaruh luas di kalangan pelajar dan mahasiswa pada masa itu. Kedua buku itu adalah “Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia” karangan Sultan Takdir Alisjabana dan “Tata Bahasa Indonesia” karangan Gorys Keraf.

Bambang menuturkan melalui penelitiannya bahwa selama 25 tahun kedua buku ini berjaya dan memiliki pengaruh yang besar terhadap tata Bahasa Indonesia. Tidak berlebihan bila kita beranggapan bahwa di masa lampau Bahasa Indonesia telah menjadi pondasi untuk mempersatukan beberapa golongan dan menjadi salah satu simbol identitas bangsa. Melihat fakta ini sudah sepatutnya bila dibandingkan dengan era modernisasi seperti sekarang, Bangsa Indonesia seperti mundur kebelakang. Perbandingan ini menjadi hambatan bagi kita serta menjadi musuh yang nyata dalam membangun generasi yang cerdas berbahasa Indonesia.

Pada abad ke 21 ini, kita telah mulai menelantarkan salah satu hal penting, yaitu Bahasa Indonesia. Generasi muda pun surut ke dalam lubang modernisasi, sehingga Bahasa Indonesia mulai dipandang sebagai bahasa sekunder. Bahasa asing lain semakin kuat dan menggeser nilai-nilai penting dari Bangsa kita. Bahasa Indonesia turun derajatnya dengan sekedar menjadi pelengkap pelajaran di tiap-tiap sekolah.

Sejarah mencatat melalui Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, bertempat di solo. Pengangkatan Bahasa Indonesia lebih bersifat politis daripada bersifat linguitis. Tujuan dari hal ini ialah demi mempersatukan para pemuda di Indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwa Bangsa Indonesia itu satu. Gagasan brilian itu dirangkum dalam intisari buku-buku yang kita baca di sekolah-sekolah.

Warga negara kita mulai perlahan-lahan menggeser arti dan makna sebenarnya dari Bahasa Indonesia sebagai media pemersatu bangsa. Misalnya, kaum muda-mudi yang lebih mengutamakan Bahasa inggris daripada Bahasa Indonesia dengan alasan mengikuti perkembangan dunia. Hal ini menyebabkan pergeseran bahasa, yang di mana Bahasa Indonesia akan mulai tergeser oleh keberadaan Bahasa Inggris. Maka hal ini secara tidak langsung mengurangi sikap nasionalisme terhadap Bahasa Indonesia sedikit demi sedikit.

Penjelasan yang sama pernah diungkapkan seorang ilmuwan Bahasa Gorys Keraf mengenai arti dari sebuah bahasa. Gorys Keraf mengatakan bahwa bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap berupa arus bunyi yang mempunyai makna. Berdasarkan pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa bahasa adalah sesuatu yang dihasilkan melalui tutur kata dan memiliki makna atau maksud yang tersembunyi.

Ini adalah tragedi yang mungkin awalnya tidak kita sadari karena dianggap masalah kecil, namun nyatanya ini adalah sebuah tragedi besar. Dampak yang paling terlihat dari melemahnya Bahasa Indonesia di kalangan remaja adalah semakin kuatnya posisi bahasa gaul dalam penggunaan komunikasi sehari-hari. Ini adalah salah satu penyimpangan bahasa yang berdampak pada lunturnya Bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat terutama di kalangan remaja.

Dampak lain yang lebih terlihat dari melemahnya Bahasa Indonesia di bangsa sendiri, yaitu penggunaan istilah asing. Istilah asing yang digunakan sebagai sarana layanan masyarakat ini menunjukkan pola pikir masyarakat bahwa bahasa asing lebih efektif digunakan daripada Bahasa Indonesia. Sama dengan kekhawatiran kita bersama tentang penggunaan produk luar yang lebih diminati oleh masyarakat dalam negeri. Jiwa cinta produk dalam negeri harusnya dimiliki oleh setiap orang, akan tetapi hal ini masih sulit diterapkan karena memang produk luar lebih baik daripada produk lokal hingga saat ini. Hal ini membuat kita harus semakin berkompetisi untuk menciptakan terobosan baru agar masyarakat disadarkan akan potensi luar biasanya dari bangsa ini.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar tahun 1945 Bab XV Pasal 36, sudah dikatakan bahwa bahasa negara adalah Bahasa Indonesia. Fungsinya Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yakni sebagai lambang kebanggaan nasional, identitas diri yang disahkan secara nasional, sarana dan solusi pemersatu bangsa, serta media penghubung kebudayaan-kebudayaan dan daerah. Fungsi lain Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ialah sebagai sarana pembangunan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknologi modern. Dari penjelasan ini sudah sangat jelas bahwa posisi bahasa asing hanya bertugas sebagai sarana pembantu pengembangan Bahasa Indonesia untuk pembangunan nasional. Sebagai Bahasa utama, Bahasa Indonesia harus memiliki kedudukan yang kuat di atas bahasa-bahasa lain agar bangsa kita dapat mulai dapat menghargai dirinya sendiri. Karena nyatanya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.

Melihat keadaan tersebut, tidak ada cara lain untuk membentuk budaya cerdas berbahasa Indonesia selain dengan melatih kemampuan berbahasa Indonesia melalui generasi muda khususnya mahasiswa. Semua menyadari bahwa salah satu pilar penting dalam membangun bangsa adalah mahasiswa. Karena mahasiswa harus lebih peka dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa dan harus dapat berpikiran kritis. Makna dari menjadi mahasiswa berarti luas dan tidak hanya didefinisikan secara sempit.

Terampil dan cerdas adalah dua arti kata yang memiliki makna berbeda. Terampil berarti cekatan dalam menyelesaikan tugas ataupun permasalahan yang merupakan pengembangan dari pengalaman yang didapat. Cerdas berarti kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara akademis. Terampil lebih mengutamakan praktik, sedangkan cerdas lebih mengutamakan teori. Bila kedua makna ini kita satukan menjadi satu kesatuan, maka dapat memberikan perubahan yang berarti terhadap penggunaan Bahasa Indonesia di Indonesia.

Sebelum memenuhi perannya, mahasiswa harus dibekali kedua hal ini agar nantinya mahasiswa dapat menjadi fasilitator bagi masyarakat sekitar. Mahasiswa harus terampil menerapkan Bahasa indonesia, misalnya berbicara Bahasa Indonesia secara fasih ataupun menulis sebuah cerita pendek dengan Bahasa Indonesia sesuai ejaan yang dibenarkan. Mahasiswa juga harus cerdas agar dapat mengembangkan nilai-nilai luhur di dalam dirinya agar tetap siap menghadapi permasalahan lain yang mengancam generasi muda ke depannya. Kedua hal ini dapat diterapkan melalui hal kecil seperti mengasah kemampuan  berbahasa Indonesia di bangku perkuliahan. Misalnya menanamkan bahwa membaca itu penting, melatih berbicara di depan umum, melakukan diskusi sehat bersama kelompok mahasiswa lain. Hal ini akan mengasah kemampuan mahasiswa dan memupuk nilai-nilai Bahasa Indonesia di dalam dirinya.

Apa langkah berikutnya ketika mahasiswa sudah menguasai kedua makna tersebut? Maka mahasiswa akan siap memasuki fase terakhir, yaitu memberikan contoh (teladan) atau mengajarkan pentingnya Bahasa Indonesia kepada orang lain. Pertama, Mahasiswa dapat menjadi pelopor untuk membuat sebuah komunitas kecil pintar berbahasa Indonesia. Melalui komunitas ini, mahasiswa dapat mengajarkan Bahasa Indonesia dari satu tempat ke tempat lain dan memberikan pengetahuan seperti bagaimana cara menulis yang baik, serta mendeskripsikan kelebihan Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa asing lainnya melalui cara yang menarik. Kedua, mahasiswa harus memiliki keinginan untuk mengabdi kepada masyarakat. Pribadi ini diharapkan dapat membantu mahasiswa agar menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan dapat melakukan sosialisasi tanpa adanya permasalahan dengan pihak lain. Ketiga, mahasiswa harus dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa Bahasa Indonesia adalah satu-satunya solusi pemersatu bangsa. Sehingga masyarakat menjadi yakin dan tidak hanya menganggap sebatas slogan-slogan demonstrasi. Keempat, memperbanyak kegiatan-kegiatan sosial, seperti penyuluhan, bakti sosial yang bersifat mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya arti Bahasa Indonesia di mata generasi muda.

Bahasa Indonesia adalah bahasa identitas diri yang penuh akan sejarah. Semakin rapuhnya bahasa kita, maka akan berakibat melemahnya jiwa nasionalisme di dalam diri kita. Dengan bekal-bekal yang matang dari seorang mahasiswa, bukanlah tidak mungkin mereka dapat mengembalikan masa kejayaan Bahasa Indonesia seperti pada masa lampau. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa sudah saatnya menjalankan nilai-nilai dan peran sebagai agen pembangunan dan pemersatu bangsa, sehingga kita dapat menjadi teladan bagi generasi-generasi penerus bangsa selanjutnya.

Menurut kamu gimana? Kritiklah di kolom komentar di bawah :)


8 komentar:

  1. Ini artikel pernah dilombakan ngga?

    BalasHapus
  2. Iya ini pernah diikutsertakan dalam lomba esai di UNJ dan alhamdulillah juara :)

    BalasHapus
  3. Pernah baca soal Gorys Keraf di salah satu buku bahasa di sekolah aku dulu, dari tulisan ini baru sadar kalo peranan beliau sangat penting

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang mbak terkadang kita itu gatau seberapa besar peranan orang di masa lampau, kita cuma bisa merasakan hasilnya saja

      Hapus