Dalam sebidang rimba yang luas dan subur, hiduplah beraneka-ragam
binatang dengan cara hidupnya sendiri-sendiri.
Dalam rimba itu tidak pernah terdapat ketentraman, selalu bertengkar karena
kemauan dan cara hidup yang berbeda-beda itu. Maka susahlah bagi mereka untuk rukun karena sudah begitulah
hendaknya.
Di atas sepohon kayu yang tinggi dan besar berkumpullah beratus-ratus ekor Bangsa Elang bermufakat untuk mengadakan
musyawarah guna keamanan isi rimba itu. Bangsa Elang bersedia untuk terbang di atas rimba itu agar isi rimba
keluar melihat mereka yang sedang terbang beredar. Apabila telah keluar
isi rimba, maka bangsa murai akan memberitakan maksud elang terbang
beredar. Maka terbanglah beribu-ribu ekor murai
ke pokok kayu, tempat elang berkumpul itu, mereka setuju akan maksud elang yang
baik hati itu. Seketika itu pula
berterbanganlah beribu-ribu ekor elang sambil terus berteriak-teriak.
”Kelliii! Keliii!”
Heranlah isi rimba,
lalu keluar berbondong-bondong melihat apakah
yang dimaksudkan elang. Setelah banyak isi rimba itu keluar ingin mengetahui
apa yang terjadi, maka berterbanganlah pula beribu-ribu ekor murai
mengoceh berkicau mengatakan apa maksud elang. Semua isi rimba diminta
berkumpul di padang rumput yang sangat luas, di tepi rimba. Mengetahui hal itu berduyun-duyunlah seluruh isi rimba memenuhi padang yang
luas. Kepala suku elang bertengger di atas sebuah tunggul mengatakan bahwa
sudah selayaknya isi rimba harus saling berdamai karena rimba ini milik
bersama, tidak patut jika selalu bertengkar terus. Sepantasnya diangkat salah
satu dari suku-suku binatang itu sebagai pemimpin rimba.
”Siapa yang mula-mula akan menjadi pimpinan?” tanya salah satu dari mereka.
"Pertama kita angkat suku yang berkaki empat
pemakan daging dan buah-buahan, yaitu bangsa musang, benturun, dan kerakas. Kedua, bangsa yang
berkaki empat makan rumput, misalnya, rusa, kancil, kijang, dan napuh.”
“Ketiga, bangsa yang berkaki dua dan
bertangan, yaitu bangsa kera, lutung. Keempat, bangsa yang berkaki
dua terbang tinggi, misalnya bangsa burung. Kelima, bangsa yang berkaki empat makan daging tidak makan buah-buahan,
yaitu bangsa anjing, serigala, dan kucing. Keenam, bangsa yang makan segala, yaitu bangsa babi dan lain-lain!”
”Setuju... setuju!” teriak
isi rimba beramai-ramai.
Maka duduklah benturun menjadi pemimpin sesuai dengan petuah elang.
***
Apa yang telah dilakukan oleh
benturun selama kepemimpinannya?
Mereka menangkapi binatang-binatang lain yang lebih lemah,
telur-telur burung mereka curi, anak-anak burung tidak aman lagi, anak-anak
kijang tidak aman pula. Kalau dilaporkan kaumnya bertindak demikian, raja
benturun hanya diam saja, tetapi kalau ada bangsanya yang diganggu binatang
lain, maka binatang itu akan dihukum sekeras-kerasnya. Baru beberapa lama
benturun menjadi raja telah banyak laporan yang diterima oleh elang dengan
perantaraan juru pengarah.
Maka melayanglah bangsa elang di atas rimba itu, berkumpul pula
seluruhnya isi rimba, di padang yang luas itu.
Mereka berteriak-teriak memprotes raja benturun supaya segera
turun dari kursi pimpinannya. Sesuai dengan perjanjian, maka yang akan duduk di
atas kursi pimpinan sekarang ialah bangsa rusa. Rusa pula yang memegang
pimpinan sekarang ini. Akan tetapi, pimpinan ini tidak mempedulikan
rakyatnya, apabila malam asyik makan rumput di padang dan apabila siang
tidur-tidur saja. Kancil yang termasuk suku rusa mengambil kesempatan untuk
menipu isi rimba karena kancil termasuk binatang yang cerdik maka banyaklah isi
rimba yang tertipu mentah-mentah. Yang tertipu mengadukan halnya kepada rusa,
tetapi raja itu diam saja sebab kancil termasuk sukunya, dia tetap seperti
biasa, malam makan rumput dan siang tidur-tidur. Kacau pula rimba itu,
melayang-layang pula elang, berkicau pula si murai ramai lagi di padang yang
luas.
”Ganti segera raja tolol itu!” teriak mereka dengan sekeras-kerasnya
***
Rusa pun turun
tahta, dan sesuai perjanjian, maka Bangsa keralah yang naik ke tahta pemimpin.
Mulailah kembali sang elang mengumumkan petuahnya yang baik lisannya itu.
”Sekarang bangsa keralah yang kita angkat
sesuai dengan janji kita dulu. Hai kera, melihat kelakuanmu, baiklah Engkau kami harapkan akan dapat
mendamaikan serta mengatur isi rimba ini ke arah yang sebaik mungkin!” Demikian
sambutan elang terhadap pengangkatan kera sebagai pimpinan.
”Saudara-saudaraku
seisi rimba, ada baiknya sebagai raja selanjutnya kita membentuk sebuah tempat
di mana kita bisa bermusyawarah dengan baik. Maka ada baiknya kita besok
memperbarui tempat ini menjadi sebuah balai mufakat.”
***
Keesokan harinya hiruk pikuklah di sekitar padang pertemuan
binatang-binatang rimba. Kayu besar yang diperintahkan oleh pimpinan mereka
untuk ditebang telah tumbang.
”Ayo kita dorong dan angkat ke tengah padang,
kayu besar ini!” perintah Raja Kera.
Sebentar saja kayu yang besar itu sudah tergeletak di tengah padang. Babi mendengus, rusa mencungkil-cungkil
dengan tanduknya, murai terus berkicau, dengan cara masing-masing.
”Apakah kerja suku kancil? Binatang ini hanya
berlari-lari ke sana ke mari sambil berkelakar di belakang
binatang-binatang yang sedang bekerja berat itu. Hugh! Apa kerjamu kancil!” sergah anjing.
”Kerjamu hanyalah tukang ganggu orang saja! Ayo menyingkir Engkau!” bentak anjing sambil
menunjukkan giginya.
Kancil terkejut, tetapi ia tidak berani melawan. Sakit hatinya
kepada anjing.
”Nantilah akan kubalas!” pikirnya diselimuti kedongkolannya.
Akhirnya, kayu yang besar itu sampai juga ke tempat yang dituju
oleh Raja Kera. Sangat senang Raja Kera karena perintahnya telah dituruti oleh
rakyatnya. Raja Kera memanjat ke kayu yang besar itu sambil
jingkrak-jingkrak.
Namun kerja
rakyatnya berjam-jam tidak ada hentinya. Hampir malam perintah demi perintah dilontarkan Raja
Kera. Karena hari sudah
malam pun penghuni rimba itu kembali ke
sarangnya masing-masing karena besok pagi kerja bakti akan diteruskan.
***
Pagi-pagi betul isi rimba telah berkumpul lagi di padang
pertemuan. Setelah balok diperiksa sang raja lalu diperintahkannya agar
ditarah segi tiga puluh dua, karena menurut raja tidak bagus. Para tukang kayu
sudah banyak yang mendongkol; namun, untuk menjaga persatuan isi rimba itu
telah mereka diamkan dulu. Demikianlah setiap kali kayu itu ditarah mereka
selalu dilipatkan dua hingga kayu yang sebesar gerobak itu hanya tinggal
sebesar paha lagi, para tukang pun sudah lesu. Akhirnya, Raja Kera itu
memerintahkan kepada tukang kayu agar membuat balok yang bundar, maka besarnya
hanya sebesar jari kaki.
Binatang-binatang yang sudah sangat kelelahan itu dan ditambah
dengan hati yang jengkel duduk-duduk beristirahat melepaskan lelahnya, sementara itu Raja Kera datang
memeriksa pekerjaan rakyatnya. Anjing yang sejak lama sudah membenci kera
segera naik ke atas tanah yang tinggi di samping serpihan balok yang menggunung.
”Hai kera, sejak saat ini kami bangsa anjing
tak mau lagi menurut perintah bangsamu! Hai suku bangsaku mari kita
berkumpul di satu tempat!” teriaknya. Suku anjing berkumpul di satu
tempat, beratus-ratus banyaknya.
”Kami juga tidak setuju lagi dengan bangsa kera jadi
raja!” teriak binatang-binatang sambil membentuk kelompok-kelompok yang besar
dari jenis bangsanya.
”Ketahuilah hai bangsa binatang yang banyak
dalam rimba, sejak hari ini kami bangsa anjing tidak mau lagi tunduk dengan
bangsa binatang apa pun dalam rimba ini!”
Kera dan bangsanya tercengang dan sangat terkejut, tetapi mereka telah membentuk
gerombolan bangsanya memenuhi pohon-pohon kayu di sekitar lapangan.
”Siapa mengusik kami, akan kami binasakan,
tapi siapa yang mau bersahabat, kami akan terima dengan sebaik-baiknya!” anjing
meneruskan kata-katanya.
Binatang-binatang dalam pertemuan itu diam karena mereka memang
segan dan takut kepada anjing yang mempunyai taring-taring tajam itu.
Kancil panas hatinya hendak melawan tidak berani, apa akalnya?
Dia berteriak, ”Hai binatang-binatang isi rimba dengarlah
kata-kata ku, bangsa anjing memang kuat, gigi serta taringnya kuat, tapi ada
pantunku untuk bangsanya!”
Pucuk kangkung kembang puar
Anjing duduk mencangkungnya keluar
“Guk! Guk!” sergah anjing
sambil mengeluarkan taringnya yang tajam-tajam itu.
Sekaligus beberapa ekor kancil telah menjadi korban,
binatang-binatang lain pun banyak yang menjadi korban hingga bertemperasan dan
berlari ke sana ke mari menyelamatkan diri. Bangsa kera sudah lama bersembunyi
di atas pohon, sedangkan kancil biang keladi kerusuhan
itu sudah pula kabur dengan meninggalkan korban yang tidak sedikit.
Setelah puas melampiaskan kemarahannya, anjing pun menuju desa
manusia mendekati manusia karena menurut anjing, manusia adalah makhluk yang
sebaik-baiknya. Anjing mengabdi kepada manusia, sejak itulah anjing
menjadi kawan manusia dan semua binatang sangat takut kepada anjing dan manusia
hingga saat ini.
Rimba itu tetap makmur bahkan bertambah makmur, tetapi penghuninya
tetap tidak dapat diikat menjadi sesuatu ikatan karena penghuninya itu terdiri
dari berjenis-jenis suku binatang yang berlainan keinginannya dan pandangannya.
***
“Jadi begitulah Nak ceritanya, maka ingatlah
pesan Bapak ini sebelum kau pergi.”
Aku terdiam sejenak. “Lalu Pak, pemimpin yang baik seharusnya
siapa?”
“Pemimpin terbaik ialah pemimpin yang mengerti kaum
ataupun rakyatnya. Janganlah buta hati, pertajam nurani maka engkau akan
selamat.”
Jangan Bapak, aku takut menjadi pemimpin.
-Selesai-
Waaahhh asik nih banyak cerpen, lumayan buat ngisi waktu kosong ^^
BalasHapusWaduh blog mbak juga rapi aku seneng blogwalkingnya, tambahin lagi mbak postingannya ya udah aku follow soalnya :p wkkw
HapusTampilan dan tulisannya keren kak, izin blogwalking ya
BalasHapusSiap siap kak, silakan datang lagi ya nanti :D
HapusSehabis dari forum langsung bw ke sini, eh malah keasikan baca tulisan-tulisannya. Menarik semua tulisannya. Salam blogger!
BalasHapusIya mbak grace saya juga suka blogwalking di blognya mbak, silakan follow ya mbak :)
HapusDuh anjing aku engga suka :(
BalasHapusOh maaf mbak, lain kali aku nulis soal kucing aja ya wkwk
HapusSalam kenal ya :) saya dari forum blogger ingin blogwalking, jangan lupa kunjungi blog saya juga ya hehe
BalasHapusSalam kenal azka, iya siap gan aku bakal berkunjung ke blognya :)
HapusMantap bro, tolong mampir jika sempat thanks
BalasHapusIya sudah kok tadi aku mampir ke blognya, kontennya menarik :)
HapusCerpennya keren bro! Mampir ya ke blog saya nanti hehe
BalasHapusMakasih ya :D siap saya blogwalking terus kok hehe
HapusTerinspirasi dari mana nih ceritanya?
BalasHapusIdenya datang secara tiba-tiba sih, pas liat kucing lagi berantem di depan rumah tiba-tiba kepikiran aja hehe
HapusAnjing menggonggong kapilah berlalu hehe
BalasHapusWah agak sarkasme ya komentarnya :p ahaha
HapusOwh jadi begitu hhaa, mantap nih ceritanya
BalasHapusTerima kasih ya sudah berkunjung :) maaf kalo ceritanya masih ala kadarnya ya hehe
HapusIkut satu ah tinggalkan jejak. Cerita yg menginspirasi pendidikan karakter bagi pembacanya
BalasHapusSiap tinggalkan aja kak, syukurlah jika ceritanya menginspirasi. Terima kasih sudah blogwalking ke sini ya :)
Hapus