Breaking

Kamis, 08 Maret 2018

Asal Usul Anjing Berkawan Manusia




Dalam sebidang rimba yang luas dan subur, hiduplah beraneka-ragam binatang dengan cara hidupnya sendiri-sendiri. Dalam rimba itu tidak pernah terdapat ketentraman, selalu bertengkar karena kemauan dan cara hidup yang berbeda-beda itu. Maka susahlah bagi mereka untuk rukun karena sudah begitulah hendaknya.

Di atas sepohon kayu  yang tinggi dan besar berkumpullah beratus-ratus ekor Bangsa Elang bermufakat untuk mengadakan musyawarah guna keamanan isi rimba itu. Bangsa Elang bersedia untuk terbang di atas rimba itu agar isi rimba keluar melihat mereka yang sedang terbang beredar. Apabila telah keluar isi rimba, maka bangsa murai akan memberitakan maksud elang terbang beredar. Maka terbanglah beribu-ribu ekor murai ke pokok kayu, tempat elang berkumpul itu, mereka setuju akan maksud elang yang baik hati itu. Seketika itu pula berterbanganlah beribu-ribu ekor elang sambil terus berteriak-teriak.

”Kelliii! Keliii!

Heranlah isi rimba, lalu keluar berbondong-bondong melihat apakah yang dimaksudkan elang. Setelah banyak isi rimba itu keluar ingin mengetahui apa yang terjadi, maka berterbanganlah pula beribu-ribu ekor murai mengoceh berkicau mengatakan apa maksud elang. Semua isi rimba diminta berkumpul di padang rumput yang sangat luas, di tepi rimba. Mengetahui hal itu berduyun-duyunlah seluruh isi rimba memenuhi padang yang luas. Kepala suku elang bertengger di atas sebuah tunggul mengatakan bahwa sudah selayaknya isi rimba harus saling berdamai karena rimba ini milik bersama, tidak patut jika selalu bertengkar terus. Sepantasnya diangkat salah satu dari suku-suku binatang itu sebagai pemimpin rimba.

     ”Siapa yang mula-mula akan menjadi pimpinan?” tanya salah satu dari mereka.
      
    "Pertama kita angkat suku yang berkaki empat pemakan daging dan buah-buahan, yaitu bangsa musang, benturun, dan kerakas. Kedua, bangsa yang berkaki empat makan rumput, misalnya, rusa, kancil, kijang, dan napuh.

    “Ketiga, bangsa yang berkaki dua dan bertangan, yaitu bangsa kera, lutung. Keempat, bangsa yang berkaki dua terbang tinggi, misalnya bangsa burung.  Kelima, bangsa yang berkaki empat makan daging tidak makan buah-buahan, yaitu bangsa anjing, serigala, dan kucing.  Keenam, bangsa yang makan segala, yaitu bangsa babi dan lain-lain!”

     ”Setuju... setuju!” teriak isi rimba beramai-ramai. 

Maka duduklah benturun menjadi pemimpin sesuai dengan petuah elang.

***

Apa yang telah dilakukan oleh benturun selama kepemimpinannya?

Mereka menangkapi binatang-binatang lain yang lebih lemah, telur-telur burung mereka curi, anak-anak burung tidak aman lagi, anak-anak kijang tidak aman pula. Kalau dilaporkan kaumnya bertindak demikian, raja benturun hanya diam saja, tetapi kalau ada bangsanya yang diganggu binatang lain, maka binatang itu akan dihukum sekeras-kerasnya. Baru beberapa lama benturun menjadi raja telah banyak laporan yang diterima oleh elang dengan perantaraan juru pengarah.

Maka melayanglah bangsa elang di atas rimba itu, berkumpul pula seluruhnya isi rimba, di padang yang luas itu.

Mereka berteriak-teriak memprotes raja benturun supaya segera turun dari kursi pimpinannya. Sesuai dengan perjanjian, maka yang akan duduk di atas kursi pimpinan sekarang ialah bangsa rusa. Rusa pula yang memegang pimpinan sekarang ini. Akan tetapi, pimpinan ini tidak mempedulikan rakyatnya, apabila malam asyik makan rumput di padang dan apabila siang tidur-tidur saja. Kancil yang termasuk suku rusa mengambil kesempatan untuk menipu isi rimba karena kancil termasuk binatang yang cerdik maka banyaklah isi rimba yang tertipu mentah-mentah. Yang tertipu mengadukan halnya kepada rusa, tetapi raja itu diam saja sebab kancil termasuk sukunya, dia tetap seperti biasa, malam makan rumput dan siang tidur-tidur. Kacau pula rimba itu, melayang-layang pula elang, berkicau pula si murai ramai lagi di padang yang luas.

      ”Ganti segera raja tolol itu!” teriak mereka dengan sekeras-kerasnya

***

Rusa pun turun tahta, dan sesuai perjanjian, maka Bangsa keralah yang naik ke tahta pemimpin. Mulailah kembali sang elang mengumumkan petuahnya yang baik lisannya itu.

  ”Sekarang bangsa keralah yang kita angkat sesuai dengan janji kita dulu. Hai kera, melihat kelakuanmu, baiklah Engkau kami harapkan akan dapat mendamaikan serta mengatur isi rimba ini ke arah yang sebaik mungkin!” Demikian sambutan elang terhadap pengangkatan kera sebagai pimpinan.

     ”Saudara-saudaraku seisi rimba, ada baiknya sebagai raja selanjutnya kita membentuk sebuah tempat di mana kita bisa bermusyawarah dengan baik. Maka ada baiknya kita besok memperbarui tempat ini menjadi sebuah balai mufakat.”

***

Keesokan harinya hiruk pikuklah di sekitar padang pertemuan binatang-binatang rimba. Kayu besar yang diperintahkan oleh pimpinan mereka untuk ditebang telah tumbang.

     ”Ayo kita dorong dan angkat ke tengah padang, kayu besar ini!” perintah Raja Kera.

Sebentar saja kayu yang besar itu sudah tergeletak di tengah padang. Babi mendengus, rusa mencungkil-cungkil dengan tanduknya, murai terus berkicau, dengan cara masing-masing.

     ”Apakah kerja suku kancil? Binatang ini hanya berlari-lari ke sana ke mari sambil berkelakar di belakang binatang-binatang yang sedang bekerja berat itu. Hugh! Apa kerjamu kancil!” sergah anjing.

     ”Kerjamu hanyalah tukang ganggu orang saja! Ayo menyingkir Engkau!” bentak anjing sambil menunjukkan giginya.

Kancil terkejut, tetapi ia tidak berani melawan. Sakit hatinya kepada anjing.

     ”Nantilah akan kubalas!” pikirnya diselimuti kedongkolannya.

Akhirnya, kayu yang besar itu sampai juga ke tempat yang dituju oleh Raja Kera. Sangat senang Raja Kera karena perintahnya telah dituruti oleh rakyatnya.  Raja Kera memanjat ke kayu yang besar itu sambil jingkrak-jingkrak.

Namun kerja rakyatnya berjam-jam tidak ada hentinya. Hampir malam perintah demi perintah dilontarkan Raja KeraKarena hari sudah malam pun penghuni rimba itu kembali ke sarangnya masing-masing karena besok pagi kerja bakti akan diteruskan.

***

Pagi-pagi betul isi rimba telah berkumpul lagi di padang pertemuan. Setelah balok diperiksa sang raja lalu diperintahkannya agar ditarah segi tiga puluh dua, karena menurut raja tidak bagus. Para tukang kayu sudah banyak yang mendongkol; namun, untuk menjaga persatuan isi rimba itu telah mereka diamkan dulu. Demikianlah setiap kali kayu itu ditarah mereka selalu dilipatkan dua hingga kayu yang sebesar gerobak itu hanya tinggal sebesar paha lagi, para tukang pun sudah lesu. Akhirnya, Raja Kera itu memerintahkan kepada tukang kayu agar membuat balok yang bundar, maka besarnya hanya sebesar jari kaki.

Binatang-binatang yang sudah sangat kelelahan itu dan ditambah dengan hati yang jengkel duduk-duduk beristirahat melepaskan lelahnya, sementara itu Raja Kera datang memeriksa pekerjaan rakyatnya. Anjing yang sejak lama sudah membenci kera segera naik ke atas tanah yang tinggi di samping serpihan balok yang menggunung.

   ”Hai kera, sejak saat ini kami bangsa anjing tak mau lagi menurut perintah bangsamu! Hai suku bangsaku mari kita berkumpul di satu tempat!” teriaknya. Suku anjing berkumpul di satu tempat, beratus-ratus banyaknya.

    ”Kami juga tidak setuju lagi dengan bangsa kera jadi raja!” teriak binatang-binatang sambil membentuk kelompok-kelompok yang besar dari jenis bangsanya.          

     ”Ketahuilah hai bangsa binatang yang banyak dalam rimba, sejak hari ini kami bangsa anjing tidak mau lagi tunduk dengan bangsa binatang apa pun dalam rimba ini!”

Kera dan bangsanya tercengang dan sangat terkejut, tetapi mereka telah membentuk gerombolan bangsanya memenuhi pohon-pohon kayu di sekitar lapangan.

     ”Siapa mengusik kami, akan kami binasakan, tapi siapa yang mau bersahabat, kami akan terima dengan sebaik-baiknya!” anjing meneruskan kata-katanya.

Binatang-binatang dalam pertemuan itu diam karena mereka memang segan dan takut kepada anjing yang mempunyai taring-taring tajam itu.

Kancil panas hatinya hendak melawan tidak berani, apa akalnya?

Dia berteriak, ”Hai binatang-binatang isi rimba dengarlah kata-kata ku, bangsa anjing memang kuat, gigi serta taringnya kuat, tapi ada pantunku untuk bangsanya!

Pucuk kangkung kembang puar

Anjing duduk mencangkungnya keluar

     Guk! Guk!” sergah anjing sambil mengeluarkan taringnya yang tajam-tajam itu.

Sekaligus beberapa ekor kancil telah menjadi korban, binatang-binatang lain pun banyak yang menjadi korban hingga bertemperasan dan berlari ke sana ke mari menyelamatkan diri. Bangsa kera sudah lama bersembunyi di atas pohonsedangkan kancil biang keladi kerusuhan itu sudah pula kabur dengan meninggalkan korban yang tidak sedikit.

Setelah puas melampiaskan kemarahannya, anjing pun menuju desa manusia mendekati manusia karena menurut anjing, manusia adalah makhluk yang sebaik-baiknya. Anjing mengabdi kepada manusia, sejak itulah anjing menjadi kawan manusia dan semua binatang sangat takut kepada anjing dan manusia hingga saat ini.

Rimba itu tetap makmur bahkan bertambah makmur, tetapi penghuninya tetap tidak dapat diikat menjadi sesuatu ikatan karena penghuninya itu terdiri dari berjenis-jenis suku binatang yang berlainan keinginannya dan pandangannya.

***

       “Jadi begitulah Nak ceritanya, maka ingatlah pesan Bapak ini sebelum kau pergi.”

Aku terdiam sejenak. “Lalu Pak, pemimpin yang baik seharusnya siapa?”

     “Pemimpin terbaik ialah pemimpin yang mengerti kaum ataupun rakyatnya. Janganlah buta hati, pertajam nurani maka engkau akan selamat.”

Jangan Bapak, aku takut menjadi pemimpin.


-Selesai-


22 komentar:

  1. Waaahhh asik nih banyak cerpen, lumayan buat ngisi waktu kosong ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh blog mbak juga rapi aku seneng blogwalkingnya, tambahin lagi mbak postingannya ya udah aku follow soalnya :p wkkw

      Hapus
  2. Tampilan dan tulisannya keren kak, izin blogwalking ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap siap kak, silakan datang lagi ya nanti :D

      Hapus
  3. Sehabis dari forum langsung bw ke sini, eh malah keasikan baca tulisan-tulisannya. Menarik semua tulisannya. Salam blogger!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak grace saya juga suka blogwalking di blognya mbak, silakan follow ya mbak :)

      Hapus
  4. Duh anjing aku engga suka :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh maaf mbak, lain kali aku nulis soal kucing aja ya wkwk

      Hapus
  5. Salam kenal ya :) saya dari forum blogger ingin blogwalking, jangan lupa kunjungi blog saya juga ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal azka, iya siap gan aku bakal berkunjung ke blognya :)

      Hapus
  6. Mantap bro, tolong mampir jika sempat thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sudah kok tadi aku mampir ke blognya, kontennya menarik :)

      Hapus
  7. Cerpennya keren bro! Mampir ya ke blog saya nanti hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya :D siap saya blogwalking terus kok hehe

      Hapus
  8. Terinspirasi dari mana nih ceritanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idenya datang secara tiba-tiba sih, pas liat kucing lagi berantem di depan rumah tiba-tiba kepikiran aja hehe

      Hapus
  9. Anjing menggonggong kapilah berlalu hehe

    BalasHapus
  10. Owh jadi begitu hhaa, mantap nih ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya sudah berkunjung :) maaf kalo ceritanya masih ala kadarnya ya hehe

      Hapus
  11. Ikut satu ah tinggalkan jejak. Cerita yg menginspirasi pendidikan karakter bagi pembacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap tinggalkan aja kak, syukurlah jika ceritanya menginspirasi. Terima kasih sudah blogwalking ke sini ya :)

      Hapus