Breaking

Kamis, 08 Maret 2018

Sapardi Djoko






Permasalahan suatu kaum berbeda dengan permasalahan sebuah negara.

Sangat keji bila sebuah negara dipimpin oleh seseorang yang suka berjudi dan suka korupsi, tidaklah mungkin bila sebuah negara tidak mempunyai pemimpin.

Selama beberapa hari terakhir, semua negara di dalam negeri maupun di luar negeri mendesak, agar salah satu dari generasi muda harus menjadi seorang pemimpin. Karena tidak ada seorang pun yang bersedia, maka pada akhirnya, pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sedang enak-enaknya, langit biru pun tak tertutup oleh awan, ribuan rakyat melakukan aksi demo besar-besaran. Berteriak-teriak mereka dengan nada memohon, agar untuk kepentingan Bangsa dan Negara, ada salah satu pemuda yang bersedia menjadi calon pemimpin baru.

Akhirnya beberapa di antara mereka maju ke depan, lalu dengan sikap hormat mereka memperkenalkan diri sebagai calon pemimpin baru negara ini. Sementara itu teriakan-teriakan “Hidup calon pemimpin baru”, terus-menerus berkumandang dengan nada penuh semangat dan syahdu.

Demikianlah semua anggota pemerintahan menyambut ketiga calon pemimpin baru negara ini, dan menggelandang mereka dengan sikap hormat dan halus. Ketiga calon ini akan tampil di mimbar untuk menyampaikan tujuan mereka untuk negara ini ke depannya. Karenanya hanya satu pemimpin yang akan dipilih.

Ketua anggota pemerintahan pun menyampaikan pesan singkatnya. Inti pidatonya ialah bahwa negara ini sangat merindukan sosok pemimpin yang baik, muda, dan memiliki ide-ide yang segar. Karena itulah negara ini menginginkan agar pemuda-pemuda menjadi pemimpin negara ini dan membawanya ke arah yang lebih baik. Kemudian dipersilakan ketiga calon pemimpin untuk menyampaikan visi dan misi mereka.

***

Majulah calon pemimpin pertama dengan gagahnya. Pemuda ini memiliki tubuh yang sangat kuat, sangat terlihat sekali dari kewibawaan ketika dirinya berjalan. Maka dipersilakanlah pemuda ini untuk berbicara inti dari apa yang ingin dia raih di masa depan.

      “Perkenalkan rakyatku, namaku Agung Kusuma.”
               
Nada yang begitu lantang, tak bergeming sedikitpun. Sepatah demi sepatah kata dia ucapkan menggetarkan seisi ruangan ini. Dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa negara ini butuh pemuda seperti dirinya, seorang pemimpin yang keras dan tegas. Banyak persoalan di negara ini yang harus dibumihanguskan hingga ke akar-akarnya, tanpa ampun sekalipun. Dia ingin sebuah negara yang hanya tunduk kepadanya, tidak kepada yang lain.

Angkuh sekali. Dibalik kekuatannya yang maha dahsyat, tersimpan perasaan angkuh yang mungkin bisa memorak-porandakan negara.

Mendengar hal itu, ketua Mahkamah Agung segera memerintahkan pengawal untuk menangkap pemuda ini. Menurutnya, ideologi yang dipegangnya terlalu membahayakan negara, dan bisa mengakibatkan pemberontakan dimana-mana. Awalnya ketua Mahkamah Agung berpikir bahwa memang negara membutuhkan seorang pemuda dengan sosok yang kuat dan tegas, namun setelah menimang-nimang dan berdiskusi, akhirnya dia memutuskan untuk melempar pemuda ini ke jeruji besi. Bangsa ini ialah bangsa yang berpegang teguh terhadap persatuan rakyat, bukan berfokus hanya kepada satu orang.

     “Penjarakan pemuda ini. Penggal kepalanya hingga dia tak menebar benih kebencian terhadap bangsa kita.” Akhirnya diseretlah pemuda itu dengan diiringi teriakan histeris dari mulutnya. Bahkan pemuda yang kuat itu pun tak mampu melawan perintah langsung dari ketua Mahkamah Agung.

Hening hanya berselang sebentar. Sesudah kejadian seret-menyeret itu, teriakan dari para rakyat pun mulai menggema kembali. Beginilah krisis yang ada di negara ini, ketika tidak adanya pemimpin membuat mereka menjadi sangat selektif terhadap calon pemimpin penerus.

***

Naiklah ke mimbar pemuda kedua yang bertubuh jangkung dan berwajah terang, garis tenang tergambar jelas di wajahnya. Tulang pipinya terlihat kokoh, menopang bibirnya membentuk lesung pipi ketika dia tersenyum. Wajah penuh dengan ketenangan itu secara cepat berubah perangainya di dalam auditorium ini.

     “Selamat siang, terima kasih telah mempersilakan saya untuk berbicara mengenai apa yang akan saya berikan kepada negara ini.”

     “Seperti yang kita ketahui bahwa negara ini memiliki banyak kelemahan : Entah itu dari segi ekonomi, kebudayaan, bahkan jati diri.”

     “Maka dari itu, berilah saya kesempatan untuk memaparkan perencanaan pembangunan, memperbaiki kinerja, serta memimpin negara ini agar bisa menyaingi negara-negara lainnya,” paparnya dengan nada yang amat sangat tenang.

Selain ketua Mahkamah Agung yang terperangah, Ketua MPR pun berdecak kagum hanya mendengarkan lisan pemuda ini. Ide yang cemerlang begitu banyak dia keluarkan, sehingga rakyat yang mengisi auditorium pun menepukkan tangannya, memenuhi seisi ruangan. Pemuda ini menambahkan bahwa dia akan bekerja untuk rakyat, dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Ya semua hampir menyetujui pemuda ini untuk menjadi pemimpin, jika saja..

     “Ketua! Perbolehkan saya untuk berbicara!” Salah satu rakyat berteriak dengan keras. Nadanya terdengar marah.

     “Saya sangat tidak setuju bila pemuda ini menjadi pemimpin negara kita!”

Keringat dingin secara diam-diam keluar dari tubuh pemuda itu, semua orang tidak menyadarinya, hanya pemuda ini yang merasakannya. Mendengar keluhan itu-dan memang rakyat adalah penguasa tertinggi-maka dipersilakanlah seseorang itu untuk mengungkapkan keluh kesahnya.

     “Ketua, maafkan atas kelancangan saya. Namun dari apa yang telah anda dan teman-teman rakyat lainnya dengar, memang pemuda ini memiliki beberapa sifat pemimpin yang dapat membawa negara ini menjadi lebih baik, dan juga pemuda ini memaparkan banyak sekali kinerja yang akan mensejahterakan rakyatnya.”

      “Akan tetapi, saya mewakili rakyat dari bagian timur ingin mengatakan bahwa pemuda ini hanya seorang penipu yang secara kebetulan dikaruniani Tuhan memiliki lisan yang baik.”

Mendengar hal itu ketua MPR memelototi pemuda itu, keringat dingin mulai terlihat jelas di keningnya. Rakyat lainnya pun mulai menaruh kecurigaan terhadapnya. Terkuaklah kebenaran yang rasanya sungguh pahit.

      “Pemuda ini dulu pernah mengabdi di desa kami. Dia datang dengan segala perkataan baiknya, menjunjung tinggi kami dan berjanji akan mensejahterakan kami dengan segala kinerja yang dia tuliskan dan katakan.” Nada bapak tua ini pun semakin berat, seakan berusaha menelan pil pahit ke dalam tenggorokannya.

     “Namun, dia menipu kami. Dia hanya bersenang-senang di kursi kepemimpinannya. Keluhan kami tak pernah ia dengar, kinerja yang ia katakan dulu palsu! Dia mempermainkan suara rakyat, bahkan anakku yang sakit-sakitan pun tak mau dia bantu. Dia acuhkan kami, kami hidup melarat selama bertahun-tahun. Lantas kemudian ketika kami tak berguna lagi dia menghilang tanpa bekas! Tapi nyatanya takdir pun berkata lain, akhirnya saya bisa bertemu dengannya lagi di sini dan membalaskan kepergian anakku.”

Teriak rakyat lainnya memorak-porandakan seisi ruangan, amarah menguasai mereka. Beberapa dari mereka ingin segera melenyapkan pemuda itu, beruntung beberapa dari mereka menahan amukan itu. Hampir saja mereka terbutakan oleh perkataan yang baik adanya dari pemuda itu.

     “Semua harap tenang!” kata salah satu anggota pemerintahan. “Jangan sampai terjadi kericuhan di tempat yang mulia ini. Pemuda ini akan kami hukum dengan seadil-adilnya, diharapkan agar suasana tetap tenang dikarenakan kita masih memiliki calon terakhir pemuda.”

Hasil pembicaraan itu dengan tangan terbuka diterima oleh para rakyat. Mereka kembali tenang dan mempersilakan pemuda ketiga berdiri ke atas mimbar. Tapi sebelum pemuda itu bersuara para tetua malah mengatakan hal yang di luar dugaan.

     “Rakyat sangat merindukan sosok pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik itu tidak lain dan tidak bukan adalah pemuda ini.”

***

Menurut kisahnya, di negara ini ada satu pemuda dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri-sendiri. Dia hidup jauh di wilayah sebelah barat, namun dikenal di mana-mana. Maka begitu banyak pemimpin negara berkunjung ke tempatnya, tentu saja khusus menemui pemuda ini.

Salah satunya ialah konselir dari pemerintahan yang mengajukan dia menjadi pemimpin negara yang baru. Dengan segala hormat pemuda ini tidak bersedia, dia hanya ingin mendekatkan diri kepada yang Kuasa dan juga memakmurkan warga di wilayah barat ini saja. Walaupun begitu Konselir berkata “Jika kalau anda berubah pikiran dan menyadari bahwa kami memerlukan pemuda seperti anda, maka datanglah kepada kami. Kami selalu menerima anda dengan pelukan hangat.”

Terceritalah alasan kenapa pemuda bernama Sapardi Djoko ini naik ke mimbar sebagai calon pemuda pemimpin masa kini. Sebelum naik dia menyalami para warga dengan lembut, salaman itu begitu hangat sampai-sampai para warga berebutan untuk menyalaminya. Sesampainya di atas mimbar ia memberikan pelukan hangat kepada bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya tadi, ia turut merasakan penderitaan bapak tua itu. Nah, akhirnya setelah para tetua menunjuk Sapardi Djoko sebagai pemimpin baru, dia pun ingin menjelaskan satu hal.

     “Cobalah kita tengok peta dunia ini.” Ia pun membentangkan sebuah peta dunia besar dan menampilkannya ke layar melalui proyektor.

Bagi mereka yang tidak paham, hanya diamatilah peta besar itu terpampang jelas di depan mereka. Maka tampaklah sebuah wilayah yang luasnya tak kalah dengan wilayah lain, kekayaan pun jangan pernah ditanya, sangat melimpah. Dan wilayah itu adalah negara ini.

Sapardi Djoko pun menjelaskan, mengapa negara ini memiliki banyak sekali sistem pemerintahan, padahal negaranya sama? Tidak lain dan tidak bukan jawabannya terletak pada pemimpin di masa itu : dahulu, bentukan negara ini pernah memasuki orde lama, terjun ke dalam pemerintahan orde baru, dan akhirnya sampai kini kita menganut sistem pemerintahan Demokrasi.

     “Artinya apa bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian?”

Semakin baik pemimpin di negara itu maka semakin baiklah sistem pemerintahannya. Ada seorang pemimpin di luar sana yang lumpuh total perekonomian di rumahnya, akan tetapi kekayaannya tersimpan dibalik senyuman rakyatnya. Ada seorang pemimpin yang buta di luar sana, namun dapat memberi kebaikan melebihi orang yang dapat melihat. Lantas, apa yang salah dengan negara ini?

     “Aku datang ke sini atas keresahanku. Bagaimana negara ini dipimpin oleh seseorang yang suka berjudi dan juga korupsi. Ditambah lagi berita kehilangan nyawa anak yang diberitahukan oleh bapak ini. Bagaimana batinku tidak terketuk mendengarnya?”

Sebelum pencalonan pemimpin yang baru ini terjadi, baru saja terjadi penggulingan kekuasaan. Tanpa tahu siapa pemimpinnya dan tanpa pertumpahan darah sedikitpun, pemimpin yang lama secara diam-diam dilempar ke balik jeruji besi. Tanpa tahu siapa yang memberikan komando, Barni (presiden terdahulu) telah diringkus dan diadili dikarenakan melalaikan tugasnya sebagai pemimpin. Selanjutnya sekelompok rombongan yang didominasi kalangan tua merebut stasiun televisi dan radio, lalu secara spontan mengumumkan negara ini butuh pemimpin baru dari kalangan pemuda. Maka terjadilah peristiwa bersejarah hari ini yang akan selalu dikenang sepanjang masa.

***

Maka mau tidak mau sebagai presiden baru, Sapardi Djoko sering melawat ke luar negeri. Hasil pembicaraan dengan sekian banyak pimpinan negara itu mudah diterka: kesepakatan kerja sama dalam perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, dan kebudayaan. Ujung dari semua kesepakatan juga mudah diterka: dengan tulus tapi bersifat mendesak, semua pemimpin negara mengundang Presiden Sapardi Djoko untuk mengadakan kunjungan ke negara mereka. Maka dari itu Sapardi Djoko sering melakukan kunjungan ke negara-negara tetangga.

Pemuda ini adalah sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh negara ini, selain sederhana, mengerti apa yang dirasakan rakyatnya, Sapardi Djoko pun paham bahwa kerja sama dengan negara lain adalah kunci agar negara ini bisa maju di masa depan. Selain itu pun Sapardi Djoko memanfaatkan teknologi yang ada dan menggunakan itu untuk berkomunikasi dengan rakyat, melaksanakan pembaruan, serta memberikan pengarahan. Karena menurutnya di masa kini teknologi bagaikan pedang bermata dua, jika tidak dimanfaatkan mereka hanya akan merusak moral rakyatnya, akan tetapi bila digunakan secara bijak maka akan menjadi tombak yang paling tajam melebihi apapun. Dan akhirnya negara ini mengalami kemajuan berkat hal itu.

Dalam sebuah perjalanan pulang dari kunjungan ke beberapa negara di Eropa, dalam pesawat Presiden Sapardi Djoko memberi penjelasan kepada wartawan.

     “Sebagaimana kita ketahui bersama, semua kepala negara dan pejabat penting pasti memuji-muji kita. Negara kita adalah negara yang hebat, penuh dengan kekayaan yang berlimpah. Perkembangan perekonomian yang luar biasa menakjubkan. Coba sekarang jelaskan, makna pujian yang sudah sering saya katakan.”

     “Pujian hanyalah keindahan palsu di dunia diplomasi,” kata sekian banyak wartawan dengan serempak.

Terceritalah, di bawah kepemimpinan Presiden Sapardi Djoko, negara ini makin melebarkan sayapnya: sekian banyak duta besar ditebarkan di sekian banyak negara yang dulu sama sekali belum mempunyai hubungan. Presiden Sapardi Djoko, dengan sendirinya, harus hadir tanpa boleh diwakilkan.

Namun sayang, dibalik kemajuan ini selalu ada tikus-tikus tanah yang selalu menggerogoti uang rakyat. Mereka mengendap-mengendap menunggu momen yang pas untuk merampas hak milik rakyat. Di depan mereka memasang wajah terbaik mereka, di belakang mereka mencuri harta negara. Jika Sapardi Djoko tahu tikus-tikus tanah itu sedang berdiri di samping dan di dekatnya, mungkin dia akan memberlakukan suatu peraturan baru.

     “Siapapun yang mencuri uang rakyat akan dihukum penggal tanpa ampun, meskipun dia adalah sahabat terbaikku.”

-Selesai-


10 komentar:

  1. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yg mengerti arti dari sebuah penderitaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya kamu bener, poinnya udah dapet. Makasih ya udah berkunjung :) silakan mampir terus untuk postingan baru ya

      Hapus
  2. Belajar menjadi pemimpin itu sulit, tapi akan lebih sulit lagi bila sudah menjadi pemimpin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banyak pemimpin yang lupa siapa yang mendukungnya selama ini, duh prihati kadang melihat fenomena gitu

      Hapus
  3. Ini sapardi kayak nama temen gua bro wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha aku minta maaf kepada seluruh nama Supardi di Indonesia

      Hapus
  4. Habis dari postingan sebelah langsung lanjut ke sini, lagi rame ya di forum share link blog :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih mbak lagi rame share link blog hehe sering-sering ya mampir ke sini, dijamin ngga rugi hehe

      Hapus
  5. Seorang pemimpin? Menurut saya sih pemimpin itu harus tegas hehe maaf ya kalo cuma komen begini, silakan mampir juga ya ke blog saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya gpp kok yang penting komennya tidak sara ataupun menghujat mbak hehe siap-siap aku bakal mampir kok :)

      Hapus