Permasalahan suatu kaum berbeda dengan
permasalahan sebuah negara.
Sangat keji bila sebuah negara dipimpin oleh seseorang yang suka
berjudi dan suka korupsi, tidaklah mungkin bila sebuah negara tidak mempunyai
pemimpin.
Selama beberapa hari terakhir, semua negara di dalam negeri maupun
di luar negeri mendesak, agar salah satu dari generasi muda harus menjadi
seorang pemimpin. Karena tidak ada seorang pun yang bersedia, maka pada
akhirnya, pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sedang enak-enaknya,
langit biru pun tak tertutup oleh awan, ribuan rakyat melakukan aksi demo
besar-besaran. Berteriak-teriak mereka dengan nada memohon, agar untuk
kepentingan Bangsa dan Negara, ada salah satu pemuda yang bersedia menjadi
calon pemimpin baru.
Akhirnya beberapa di antara mereka maju ke depan, lalu dengan
sikap hormat mereka memperkenalkan diri sebagai calon pemimpin baru negara ini.
Sementara itu teriakan-teriakan “Hidup calon pemimpin baru”, terus-menerus
berkumandang dengan nada penuh semangat dan syahdu.
Demikianlah semua anggota pemerintahan menyambut ketiga calon
pemimpin baru negara ini, dan menggelandang mereka dengan sikap hormat dan
halus. Ketiga calon ini akan tampil di mimbar untuk menyampaikan tujuan mereka
untuk negara ini ke depannya. Karenanya hanya satu pemimpin yang akan dipilih.
Ketua anggota pemerintahan pun menyampaikan pesan singkatnya. Inti
pidatonya ialah bahwa negara ini sangat merindukan sosok pemimpin yang baik,
muda, dan memiliki ide-ide yang segar. Karena itulah negara ini menginginkan
agar pemuda-pemuda menjadi pemimpin negara ini dan membawanya ke arah yang
lebih baik. Kemudian dipersilakan ketiga calon pemimpin untuk menyampaikan visi
dan misi mereka.
***
Majulah calon pemimpin pertama dengan gagahnya. Pemuda ini
memiliki tubuh yang sangat kuat, sangat terlihat sekali dari kewibawaan ketika
dirinya berjalan. Maka dipersilakanlah pemuda ini untuk berbicara inti dari apa
yang ingin dia raih di masa depan.
“Perkenalkan
rakyatku, namaku Agung Kusuma.”
Nada yang begitu lantang, tak bergeming sedikitpun. Sepatah demi
sepatah kata dia ucapkan menggetarkan seisi ruangan ini. Dia berkata kepada
dirinya sendiri bahwa negara ini butuh pemuda seperti dirinya, seorang pemimpin
yang keras dan tegas. Banyak persoalan di negara ini yang harus dibumihanguskan
hingga ke akar-akarnya, tanpa ampun sekalipun. Dia ingin sebuah negara yang
hanya tunduk kepadanya, tidak kepada yang lain.
Angkuh sekali. Dibalik kekuatannya yang maha dahsyat, tersimpan
perasaan angkuh yang mungkin bisa memorak-porandakan negara.
Mendengar hal itu, ketua Mahkamah Agung segera memerintahkan
pengawal untuk menangkap pemuda ini. Menurutnya, ideologi yang dipegangnya
terlalu membahayakan negara, dan bisa mengakibatkan pemberontakan dimana-mana.
Awalnya ketua Mahkamah Agung berpikir bahwa memang negara membutuhkan seorang
pemuda dengan sosok yang kuat dan tegas, namun setelah menimang-nimang dan
berdiskusi, akhirnya dia memutuskan untuk melempar pemuda ini ke jeruji besi.
Bangsa ini ialah bangsa yang berpegang teguh terhadap persatuan rakyat, bukan
berfokus hanya kepada satu orang.
“Penjarakan
pemuda ini. Penggal kepalanya hingga dia tak menebar benih kebencian terhadap
bangsa kita.” Akhirnya diseretlah pemuda itu dengan diiringi teriakan histeris
dari mulutnya. Bahkan pemuda yang kuat itu pun tak mampu melawan perintah
langsung dari ketua Mahkamah Agung.
Hening hanya berselang sebentar. Sesudah kejadian seret-menyeret
itu, teriakan dari para rakyat pun mulai menggema kembali. Beginilah krisis
yang ada di negara ini, ketika tidak adanya pemimpin membuat mereka menjadi
sangat selektif terhadap calon pemimpin penerus.
***
Naiklah ke mimbar pemuda kedua yang bertubuh jangkung dan berwajah
terang, garis tenang tergambar jelas di wajahnya. Tulang pipinya terlihat
kokoh, menopang bibirnya membentuk lesung pipi ketika dia tersenyum. Wajah
penuh dengan ketenangan itu secara cepat berubah perangainya di dalam
auditorium ini.
“Selamat
siang, terima kasih telah mempersilakan saya untuk berbicara mengenai apa yang
akan saya berikan kepada negara ini.”
“Seperti
yang kita ketahui bahwa negara ini memiliki banyak kelemahan : Entah itu dari
segi ekonomi, kebudayaan, bahkan jati diri.”
“Maka
dari itu, berilah saya kesempatan untuk memaparkan perencanaan pembangunan,
memperbaiki kinerja, serta memimpin negara ini agar bisa menyaingi
negara-negara lainnya,” paparnya dengan nada yang amat sangat tenang.
Selain ketua Mahkamah Agung yang terperangah, Ketua MPR pun
berdecak kagum hanya mendengarkan lisan pemuda ini. Ide yang cemerlang begitu
banyak dia keluarkan, sehingga rakyat yang mengisi auditorium pun menepukkan
tangannya, memenuhi seisi ruangan. Pemuda ini menambahkan bahwa dia akan
bekerja untuk rakyat, dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Ya semua hampir
menyetujui pemuda ini untuk menjadi pemimpin, jika saja..
“Ketua!
Perbolehkan saya untuk berbicara!” Salah satu rakyat berteriak dengan keras.
Nadanya terdengar marah.
“Saya sangat tidak setuju bila pemuda
ini menjadi pemimpin negara kita!”
Keringat dingin secara diam-diam keluar dari tubuh pemuda itu,
semua orang tidak menyadarinya, hanya pemuda ini yang merasakannya. Mendengar
keluhan itu-dan memang rakyat adalah penguasa tertinggi-maka dipersilakanlah
seseorang itu untuk mengungkapkan keluh kesahnya.
“Ketua,
maafkan atas kelancangan saya. Namun dari apa yang telah anda dan teman-teman
rakyat lainnya dengar, memang pemuda ini memiliki beberapa sifat pemimpin yang
dapat membawa negara ini menjadi lebih baik, dan juga pemuda ini memaparkan
banyak sekali kinerja yang akan mensejahterakan rakyatnya.”
“Akan
tetapi, saya mewakili rakyat dari bagian timur ingin mengatakan bahwa pemuda
ini hanya seorang penipu yang secara kebetulan dikaruniani Tuhan memiliki lisan
yang baik.”
Mendengar hal itu ketua MPR memelototi pemuda itu, keringat dingin
mulai terlihat jelas di keningnya. Rakyat lainnya pun mulai menaruh kecurigaan
terhadapnya. Terkuaklah kebenaran yang rasanya sungguh pahit.
“Pemuda
ini dulu pernah mengabdi di desa kami. Dia datang dengan segala perkataan
baiknya, menjunjung tinggi kami dan berjanji akan mensejahterakan kami dengan
segala kinerja yang dia tuliskan dan katakan.” Nada bapak tua ini pun semakin
berat, seakan berusaha menelan pil pahit ke dalam tenggorokannya.
“Namun,
dia menipu kami. Dia hanya bersenang-senang di kursi kepemimpinannya. Keluhan
kami tak pernah ia dengar, kinerja yang ia katakan dulu palsu! Dia mempermainkan
suara rakyat, bahkan anakku yang sakit-sakitan pun tak mau dia bantu. Dia
acuhkan kami, kami hidup melarat selama bertahun-tahun. Lantas kemudian ketika
kami tak berguna lagi dia menghilang tanpa bekas! Tapi nyatanya takdir pun
berkata lain, akhirnya saya bisa bertemu dengannya lagi di sini dan membalaskan
kepergian anakku.”
Teriak rakyat lainnya memorak-porandakan seisi ruangan, amarah
menguasai mereka. Beberapa dari mereka ingin segera melenyapkan pemuda itu,
beruntung beberapa dari mereka menahan amukan itu. Hampir saja mereka
terbutakan oleh perkataan yang baik adanya dari pemuda itu.
“Semua
harap tenang!” kata salah satu anggota pemerintahan. “Jangan sampai terjadi
kericuhan di tempat yang mulia ini. Pemuda ini akan kami hukum dengan
seadil-adilnya, diharapkan agar suasana tetap tenang dikarenakan kita masih
memiliki calon terakhir pemuda.”
Hasil pembicaraan itu dengan tangan terbuka diterima oleh para
rakyat. Mereka kembali tenang dan mempersilakan pemuda ketiga berdiri ke atas
mimbar. Tapi sebelum pemuda itu bersuara para tetua malah mengatakan hal yang
di luar dugaan.
“Rakyat
sangat merindukan sosok pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik itu tidak
lain dan tidak bukan adalah pemuda ini.”
***
Menurut kisahnya, di negara ini ada satu pemuda dikenal sebagai
pribadi yang sederhana dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri-sendiri.
Dia hidup jauh di wilayah sebelah barat, namun dikenal di mana-mana. Maka
begitu banyak pemimpin negara berkunjung ke tempatnya, tentu saja khusus
menemui pemuda ini.
Salah satunya ialah konselir dari pemerintahan yang mengajukan dia
menjadi pemimpin negara yang baru. Dengan segala hormat pemuda ini tidak
bersedia, dia hanya ingin mendekatkan diri kepada yang Kuasa dan juga
memakmurkan warga di wilayah barat ini saja. Walaupun begitu Konselir berkata
“Jika kalau anda berubah pikiran dan menyadari bahwa kami memerlukan pemuda
seperti anda, maka datanglah kepada kami. Kami selalu menerima anda dengan
pelukan hangat.”
Terceritalah alasan kenapa pemuda bernama Sapardi Djoko ini naik
ke mimbar sebagai calon pemuda pemimpin masa kini. Sebelum naik dia menyalami
para warga dengan lembut, salaman itu begitu hangat sampai-sampai para warga
berebutan untuk menyalaminya. Sesampainya di atas mimbar ia memberikan pelukan
hangat kepada bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya tadi, ia turut
merasakan penderitaan bapak tua itu. Nah, akhirnya setelah para tetua menunjuk
Sapardi Djoko sebagai pemimpin baru, dia pun ingin menjelaskan satu hal.
“Cobalah
kita tengok peta dunia ini.” Ia pun membentangkan sebuah peta dunia besar dan
menampilkannya ke layar melalui proyektor.
Bagi mereka yang tidak paham, hanya diamatilah peta besar itu
terpampang jelas di depan mereka. Maka tampaklah sebuah wilayah yang luasnya
tak kalah dengan wilayah lain, kekayaan pun jangan pernah ditanya, sangat
melimpah. Dan wilayah itu adalah negara ini.
Sapardi Djoko pun menjelaskan, mengapa negara ini memiliki banyak
sekali sistem pemerintahan, padahal negaranya sama? Tidak lain dan tidak bukan
jawabannya terletak pada pemimpin di masa itu : dahulu, bentukan negara ini
pernah memasuki orde lama, terjun ke dalam pemerintahan orde baru, dan akhirnya
sampai kini kita menganut sistem pemerintahan Demokrasi.
“Artinya
apa bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian?”
Semakin baik pemimpin di negara itu maka semakin baiklah sistem
pemerintahannya. Ada seorang pemimpin di luar sana yang lumpuh total
perekonomian di rumahnya, akan tetapi kekayaannya tersimpan dibalik senyuman
rakyatnya. Ada seorang pemimpin yang buta di luar sana, namun dapat memberi
kebaikan melebihi orang yang dapat melihat. Lantas, apa yang salah dengan
negara ini?
“Aku
datang ke sini atas keresahanku. Bagaimana negara ini dipimpin oleh seseorang
yang suka berjudi dan juga korupsi. Ditambah lagi berita kehilangan nyawa anak
yang diberitahukan oleh bapak ini. Bagaimana batinku tidak terketuk
mendengarnya?”
Sebelum pencalonan pemimpin yang baru ini terjadi, baru saja
terjadi penggulingan kekuasaan. Tanpa tahu siapa pemimpinnya dan tanpa
pertumpahan darah sedikitpun, pemimpin yang lama secara diam-diam dilempar ke
balik jeruji besi. Tanpa tahu siapa yang memberikan komando, Barni (presiden
terdahulu) telah diringkus dan diadili dikarenakan melalaikan tugasnya sebagai
pemimpin. Selanjutnya sekelompok rombongan yang didominasi kalangan tua merebut
stasiun televisi dan radio, lalu secara spontan mengumumkan negara ini butuh
pemimpin baru dari kalangan pemuda. Maka terjadilah peristiwa bersejarah hari
ini yang akan selalu dikenang sepanjang masa.
***
Maka mau tidak mau sebagai presiden baru, Sapardi Djoko sering
melawat ke luar negeri. Hasil pembicaraan dengan sekian
banyak pimpinan negara itu mudah diterka: kesepakatan kerja sama dalam
perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, dan kebudayaan. Ujung dari semua
kesepakatan juga mudah diterka: dengan tulus tapi bersifat mendesak, semua
pemimpin negara mengundang Presiden Sapardi Djoko untuk mengadakan kunjungan ke
negara mereka. Maka dari itu Sapardi Djoko sering melakukan kunjungan ke
negara-negara tetangga.
Pemuda ini adalah sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh negara ini,
selain sederhana, mengerti apa yang dirasakan rakyatnya, Sapardi Djoko pun
paham bahwa kerja sama dengan negara lain adalah kunci agar negara ini bisa
maju di masa depan. Selain itu pun Sapardi Djoko memanfaatkan teknologi yang
ada dan menggunakan itu untuk berkomunikasi dengan rakyat, melaksanakan
pembaruan, serta memberikan pengarahan. Karena menurutnya di masa kini
teknologi bagaikan pedang bermata dua, jika tidak dimanfaatkan mereka hanya
akan merusak moral rakyatnya, akan tetapi bila digunakan secara bijak maka akan
menjadi tombak yang paling tajam melebihi apapun. Dan akhirnya negara ini
mengalami kemajuan berkat hal itu.
Dalam sebuah perjalanan pulang dari kunjungan ke beberapa negara
di Eropa, dalam pesawat Presiden Sapardi Djoko memberi penjelasan kepada
wartawan.
“Sebagaimana
kita ketahui bersama, semua kepala negara dan pejabat penting pasti memuji-muji
kita. Negara kita adalah negara yang hebat, penuh dengan kekayaan yang
berlimpah. Perkembangan perekonomian yang luar biasa menakjubkan. Coba sekarang
jelaskan, makna pujian yang sudah sering saya katakan.”
“Pujian
hanyalah keindahan palsu di dunia diplomasi,” kata sekian banyak wartawan
dengan serempak.
Terceritalah, di bawah kepemimpinan Presiden Sapardi Djoko,
negara ini makin melebarkan sayapnya: sekian banyak duta besar ditebarkan di
sekian banyak negara yang dulu sama sekali belum mempunyai hubungan. Presiden
Sapardi Djoko, dengan sendirinya, harus hadir tanpa boleh diwakilkan.
Namun sayang, dibalik kemajuan ini selalu ada tikus-tikus tanah
yang selalu menggerogoti uang rakyat. Mereka mengendap-mengendap menunggu momen
yang pas untuk merampas hak milik rakyat. Di depan mereka memasang wajah
terbaik mereka, di belakang mereka mencuri harta negara. Jika Sapardi Djoko
tahu tikus-tikus tanah itu sedang berdiri di samping dan di dekatnya, mungkin
dia akan memberlakukan suatu peraturan baru.
“Siapapun yang mencuri uang rakyat akan
dihukum penggal tanpa ampun, meskipun dia adalah sahabat terbaikku.”
-Selesai-
Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yg mengerti arti dari sebuah penderitaan
BalasHapusYa kamu bener, poinnya udah dapet. Makasih ya udah berkunjung :) silakan mampir terus untuk postingan baru ya
HapusBelajar menjadi pemimpin itu sulit, tapi akan lebih sulit lagi bila sudah menjadi pemimpin
BalasHapusIya banyak pemimpin yang lupa siapa yang mendukungnya selama ini, duh prihati kadang melihat fenomena gitu
HapusIni sapardi kayak nama temen gua bro wkwkw
BalasHapusHahaha aku minta maaf kepada seluruh nama Supardi di Indonesia
HapusHabis dari postingan sebelah langsung lanjut ke sini, lagi rame ya di forum share link blog :)
BalasHapusIya nih mbak lagi rame share link blog hehe sering-sering ya mampir ke sini, dijamin ngga rugi hehe
HapusSeorang pemimpin? Menurut saya sih pemimpin itu harus tegas hehe maaf ya kalo cuma komen begini, silakan mampir juga ya ke blog saya
BalasHapusIya gpp kok yang penting komennya tidak sara ataupun menghujat mbak hehe siap-siap aku bakal mampir kok :)
Hapus